Bagaimana Perkembangan Bahasa Indonesia Di Jenjang Perguruan Tinggi Dunia

Bagaimana Perkembangan Bahasa Indonesia Di Jenjang Perguruan Tinggi Dunia

Sejarah Uang Pada Bangsa Persia

Pada bangsa Persia, mereka mengadopsi percetakan uang dari bangsa Lydia setelah melakukan upaya penyerangan terhadap Kerajaan Lydia di tahun 546 SM. Awalnya, uang dicetak dalam bentuk persegi empat, kemudian mereka mengubahnya menjadi bentuk bundar dan di atasnya diukir gambar tempat peribadatan.

Sejarah Uang Pada Pemerintahan Islam

Pada masa pemerintahan islam, sistem uang terbagi menjadi beberapa masa, yakni masa kenabian, masa Khulafaur Rasyidin, dan masa Dinasti Islam. Pada masa kenabian, bangsa Arab tidak memiliki mata uang tersendiri, sehingga mereka menggunakan dinar emas Hercules, Byzantium, dirham perak dinasti Sasanid (Iraq), dan mata uang bangsa Himyar (Yaman).

Lalu, pada masa Khulafaur Rasyidin, yang kala itu Abu Bakar Ash-Shiddiq diangkat menjadi Khalifah, Beliau tidak melakukan perubahan terhadap mata uang yang telah beredar. Namun, pada masa khalifah Umar bin Khattab, dicetaklah dirham Islam dengan menambah kalimat tauhid seperti Bismillah, Alhamdulillah, dan Muhammad Rasulullah.

Selanjutnya, pada masa dinasti Islam, baru ada mata uang yang benar-benar bercorak Islam, terutama pada masa khalifah Abdullah Malik bin Marwan.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Dahliana, Difi. Sejarah Uang.

Sejarah Uang pada Bangsa Mesir Kuno

Zaman Mesir Kuno itu terbagi menjadi dua fase yakni Kerajaan Mesir Lama (3000 SM) dan Kerajaan Mesir Pertengahan (2160-1788 SM). Pada kala itu, yang dijadikan sebagai alat tukar adalah emas.

Sejumlah suku di pedalaman telah mengenal emas menjadikannya sebagai alat budaya, khususnya sebagai perlengkapan persembahan spiritual kuno. Bahkan, mereka juga memakamkan Raja Tutankhamen dalam sebuah peti emas.

Mengenal Apa Itu Sistem Barter?

Sebelum membicarakan tentang sejarah uang, akan lebih baik apabila Grameds memahami apa sih sistem barter itu.

Barter adalah sistem transaksi yang pertama kali digunakan para manusia, sebab pada zaman dahulu, manusia belum mengenal apa itu uang. Sistem transaksi barter ini berupa pertukaran antara barang dengan barang, jasa dengan jasa, barang dengan jasa, atau bahkan sebaliknya.

Pada masa lalu, orang atau sekelompok orang sudah merasa bahwa mereka membutuhkan sesuatu yang dihasilkan oleh pihak lain. Selain itu, populasi orang juga semakin meningkat, menyebabkan mereka harus memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama dengan “menggunakan” barang atau jasa yang telah dihasilkan oleh pihak lain.

Maka dari itu, muncullah ide untuk saling menukarkan barang atau jasa. Syarat utama dari pelaksanaan sistem barter ini adalah harus ada orang yang ingin saling menukar barang atau jasa, dan mereka harus saling membutuhkan.

Namun, seiring perjalanannya, sistem barter justru menemui berbagai kendala, diantaranya:

Contohnya, 12 buah jeruk seharusnya memiliki nilai yang sama dengan berapa satu kilogram gandum, tetapi orang-orang belum dapat menentukan standar tersebut sehingga mereka asal-asalan menukarnya.

Kelemahan dari sistem barter adalah ketika hendak bertransaksi, harus ada dua belah pihak yang memiliki barang yang dibutuhkan satu sama lain. Contohnya, ada seseorang yang memiliki gandum, dirinya hendak menukarkan gandum tersebut dengan buah semangka. Itu berarti, dirinya harus mencari seseorang yang mempunyai buah semangka yang sekaligus tengah membutuhkan gandum.

Apabila ternyata pemilik semangka tidak menginginkan gandum tersebut, maka transaksi barter menjadi batal.

Contohnya, ada seseorang yang memiliki seekor ayam dan ingin menukarkannya dengan sebuah meja. Sementara seekor ayam tersebut hanya bernilai sama dengan separuh meja saja. Maka pemilik meja akan kesulitan untuk memecah atau membagi meja tersebut menjadi nilai yang sesuai.

Terutama pada barang yang memiliki jumlah banyak atau ukuran besar, maka pemilik barang tersebut akan kesulitan dalam membawa hartanya kesana-kemari. Belum lagi, harus menemukan orang yang mau setuju untuk menukarkan barangnya tersebut.

Terlebih lagi apabila barang yang hendak ditukar adalah buah-buahan, pasti akan cepat membusuk. Apabila sudah busuk, pasti sudah tidak bisa dijadikan sebagai alat bertransaksi.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut, muncullah beberapa pemikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu sebagai alat tukar. Benda-benda tersebut biasanya adalah yang dapat diterima oleh umum, memiliki nilai tinggi, dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer. Contohnya adalah garam, emas, kulit hewan, batu-batuan berharga, logam, kulit pohon, hingga kerang yang memiliki bentuk indah.

Pada zaman Romawi kuno, mereka menggunakan garam sebagai alat tukar dan alat pembayaran upah. Sementara itu pada bangsa Arab, mereka menggunakan unta dan kambing sebagai alat bertransaksi. Ada lagi di masyarakat Tibet yang menggunakan teh-teh ikat sebagai alat tukar.

Meskipun pemikiran ini tergolong lebih maju daripada sistem barter, tetap saja terdapat kelemahan yang menjadikan masa uang barang ini semakin lama semakin berganti. Beberapa permasalahan  yang muncul dari penggunaan uang barang ini antara lain:

Atas adanya kelemahan-kelemahan yang didapatkan dari masa uang barang tersebut, memunculkan ide baru untuk menciptakan uang logam. Logam dipilih sebagai alat tukar sistem transaksi sebab memiliki nilai yang tinggi, tahan lama, tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa mengurangi nilai, dan mudah dibawa. Logam yang biasa dipakai sebagai alat transaksi pada era ini adalah emas dan perak.

Pada zaman itu, suatu negara akan dianggap telah mempraktikkan sistem uang emas apabila negaranya telah memiliki standar emas dalam proses transaksi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya transaksi perdagangan, maka akan memberikan keuntungan bagi masyarakat, sehingga harta mereka juga makin meningkat.

Nah, mereka akhirnya memikirkan sebuah tempat yang aman untuk menitipkan uang-uang logamnya ke tempat tersebut, karena takut akan risiko pencurian. Biasanya, mereka akan menyimpannya di tukang emas atau pemuka agama.

Pihak-pihak yang dijadikan sebagai tempat “titipan” itu akhirnya memberikan mereka akta berbentuk kertas yang berisikan janji pihak penerima titipan. Akta-akta ini mendapatkan sambutan baik karena diterbitkan oleh seseorang atau lembaga yang mempunyai reputasi keuangan yang terpandang di suatu negara. Kemunculan akta-akta inilah yang menjadi pencetus dalam kemunculan sistem uang kertas.

Kepercayaan masyarakat semakin tumbuh terhadap adanya akta perjanjian yang diterbitkan lembaga keuangan, justru menjadikannya sebagai alat yang masuk ke dalam peredaran transaksi. Jadi, dapat disebut bahwa akta-akta ini bernilai sama dengan uang dan bahkan digunakan secara langsung untuk membeli barang atau jasa.

Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat menjadi tidak lagi menggunakan emas secara langsung ketika tengah bertransaksi. Sebagai gantinya, mereka akan menjadikan akta tersebut sebagai alat tukar.

Uang digital tentu saja akan muncul seiring berkembangnya teknologi. Untuk menyelesaikan transaksi ekonomi, banyak pihak yang enggan untuk membawa uang tunai. Mereka lebih suka menyimpannya di dalam rekening bank atau bahkan melakukan top-up, yakni dengan menukarkan uang tunai mereka menjadi bentuk digital.

Penggunaan uang digital ini justru lebih efisien, sebab dapat mudah dibayarkan melalui internet, sms, hingga mobile banking. Uang digital yang saat ini tengah populer misalnya ShopeePay, Dana, Ovo, hingga GoPay.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait Sejarah Uang

Berkembangnya bahasa indonesia di manca negaraBahasa merupakan salah satu faktor yang tidak akan terlepas dalam hubungan antar Negara. Indonesia yang ikut dalam hubungan komunikasi antar bangsa membuat bahasa Indonesia di kenal di luar negeri. Tidak hanya di asia, bahasa Indonesia juga di kenal di luar asia seperti Australia. Di Australia sendiri bahasa Indonesia memiliki posisi ke-4 sebagai bahasa terpopuler. Banyak Negara yang sudah meresmikan bahasa Indonesia di berbagai universitas dan sekolah khusus lainnya. Contohnya di Vietnam seperti di Universitas Hong Bang dan Universitas Nasional HCMC yang pada setiap tahunnya mata kuliah bahasa Indonesia memiliki jumlah peminat yang cenderung meningkat.

Namun di dalam negeri sendiri, bahasa Indonesia cenderung di remehkan dan para pelajar enggan untuk mempelajari bahasa Indonesia lebih dalam. Metode yang membosankan dalam pembelajaran membuat para pelajar kurang memiliki minat dalam mengembangkan dan menggunakan  kosa kata bahasa Indonesia yang benar dan mereka beranggapan bahwa bahasa Indonesia sendiri tidak begitu penting. Tidak hanya para pelajar, kalangan masyarakat pun beranggapan bahwa bisa bahasa Indonesia itu sudah cukup . Para pelajar lebih beranggapan bahwa belajar bahasa asing lebih penting dari bahasa sendiri.

Berbanding sangat terbalik,bahasa Indonesia justru menjadi bahasa yang menarik dan di minati di luar negri. Ada sekitar 52 negara yang telah meresmikan program bahasa Indonesia contohnya Australia, Jepang, Hawai dan Thailand. Seperti di Korea Selatan, pada setiap tahunnya pihak KBRI kota Seoul menyelenggarakan perlombaan berpidato menggunakan  bahasa Indonesia.

Perkembangan bahasa Indonesia di mancanegara menjadi peluang yang besar bagi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. Namun usaha tersebut harus di awali dari bangsa Indonesia itu sendiri. Sebagai anak bangsa yang cinta akan tanah air, seharusnya kita mempelajari dan mengembangkan bahasa Indonesia dengan baik. Namun kenyataannya para pelajar dan masyarakat lebih mengenal bahasa Indonesia yang kurang baik tutur katanya, tataran penerapan EYD, dan penerapan kata pelesetan, dan terlebih lagi beranggapan bahasa asing lebih di banggakan daripada bahasa sendiri yang membuat bahasa Indonesia terkikis di dalam negeri sendiri.

potensi luar biasa menjadikan Bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional itu terus dikembangkan dan ditingkatkan melalui kerja sama, koordinasi, dan sinergitas Perwakilan RI di negara akreditasi.

Fakta Menarik Bahasa Indonesia

Melansir Kementerian Luar Negeri, mengatakan bahwa Wikipedia Berbahasa Indonesia kini berada di peringkat 25 dari 250 Wikipedia berbahasa asing di dunia. Sedangkan di tingkat Asia, Bahasa Indonesia berada di peringkat tiga, setelah Jepang dan Mandarin. Sebuah pencapaian besar bukan?

Tak hanya itu, Bahasa Indonesia bahkan telah ditetapkan sebagai bahasa resmi ke-2 di Vietnam dan menjadi bahasa terpopuler ke-4 di Australia.

Menurut Kemenlu RI (Diplomasi, No.106 tahun X), ada setidaknya 52 negara asing membuka Program Studi Bahasa Indonesia, beberapa di antaranya; Inggris, Amerika Serikat, Australia, Maroko, Vietnam, Kanada, Jepang, Ukraina, Korea Selatan, Hawaii hingga Suriname.

Program BIPA Semakin Meningkat

Antusiasme warga dunia untuk mempelajari Bahasa Indonesia semakin terlihat dari Program Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA). Sampai akhir tahun 2020 tercatat ada 355 lembaga penyelenggara program BIPA di 41 negara, dengan total 72.746 pembelajar. Dari jumlah tersebut, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud telah memfasilitasi 146 lembaga di 29 negara.

Angka besar yang menjadi bukti nyata bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Luar Negeri berkomitmen untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional dan sebagai instrumen soft power diplomacy.

Mempelajari budaya dan bahasa asing bukanlah hal baru. Banyak negara di dunia sudah sejak lama mengenalkan dan mengajarkan bahasa Indonesia kepada warganya. Bahkan di beberapa negara kawasan ASEAN, bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar.

Ada beragam alasan warga asing tertarik mempelajari budaya dan bahasa Indonesia. Mulai dari ketertarikan terhadap budaya Indonesia itu sendiri, bahasanya yang dianggap mudah, hingga minat terhadap wisata yang mengantarkan mereka ingin belajar segala hal tentang Indonesia.

Selain itu, banyaknya mahasiswa asal Indonesia yang menimba ilmu di luar negeri juga menjadi salah satu faktor yang membuat warga asing akhirnya memutuskan untuk mempelajari budaya dan bahasa Indonesia.

Berikut 7 negara yang mempelajari budaya dan bahasa Indonesia.

Selain memiliki kedekatan wilayah, hubungan bilateral antara Indonesia dan juga Australia terjalin cukup baik. Di beberapa wilayah Australia, tak sulit menemukan orang-orang yang cukup fasih berbicara bahasa Indonesia.

Hal ini lantaran cukup banyak sekolah di Australia yang mempelajari bahkan mewajibkan siswa hingga kelas 7 untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia.

Sebut saja University of Southern Queensland dan Burgmann Anglican School yang terletak di Ibu Kota Canberra.

Ilustrasi. Hawaii adalah salah satu negara yang mempelajari budaya dan bahasa Indonesia. Mungkin tak banyak yang mengetahui jika Hawaii ternyata juga turut mempelajari bahasa Indonesia. Saking seriusnya belajar bahasa Indonesia, bahkan beberapa pengajarnya ada yang rela terbang langsung untuk mempelajari kebudayaan dan bahasa Indonesia.

Salah satu universitas yang mengajarkan mata kuliah Bahasa Indonesia adalah University of Hawaii at Manoa.

Hubungan antara Indonesia dengan Suriname bisa dikatakan cukup dekat. Hal ini tak terlepas dari masa kelam penjajahan. Pada saat itu, pemerintah kolonial membawa penduduk Indonesia untuk dijadikan pekerja di Suriname.

Selain mempelajari bahasa Indonesia, masih terdapat cukup banyak penduduk Suriname yang masih cukup fasih untuk berbicara dengan bahasa daerah, salah satunya bahasa Jawa.

Meski begitu, bahasa Jawa di Suriname tidak benar-benar sama dengan bahasa Jawa yang dipakai di Indonesia. Ini bisa terjadi karena bahasa Jawa Suriname juga dipengaruhi oleh bahasa setempat yang digunakan.

Inggris menjadi negara berikutnya yang turut mempelajari budaya dan Bahasa Indonesia, terutama pada kebudayaan asli tanah air. Salah satu alat musik tradisional Indonesia, yakni angklung dan gamelan menjadi mata pelajaran di beberapa sekolah yang ada di Inggris.

Whitefield School yang terdapat di London Utara dan juga Havering Music School yang terletak di bagian London Timur merupakan sekolah yang mencantumkan angklung sebagai mata pelajaran mereka.

Thailand adalah salah satu negara yang mempelajari budaya dan bahasa Indonesia. Minat belajar budaya dan bahasa Indonesia di Thailand terbilang cukup tinggi. Terbukti hingga saat ini, Thailand telah membuka mata kuliah pilihan Bahasa Indonesia bagi mahasiswa S-1 di sejumlah universitas, sebut saja Chulalongkorn University, Neresuan Universty, dan banyak lagi.

Bahkan siswanya berkesempatan langsung mempelajari bahasa dan budaya Indonesia langsung di tanah air lewat program pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).

Sudah sejak lama Jepang dengan Indonesia memiliki hubungan yang baik dalam berbagai bidang. Jepang pun juga menjadi salah satu negara tujuan para mahasiswa Indonesia untuk menimba ilmu.

Dengan kenyataan ini, maka bukan sesuatu yang mengherankan jika Jepang juga menjadikan Bahasa Indonesia sebagai salah satu mata kuliah. Tokyo University of Foreign Studies menjadi salah satu universitas di Jepang yang menyediakan jurusan Bahasa Indonesia.

Negara terakhir yang juga turut mempelajari Bahasa Indonesia adalah Korea Selatan. Baik pelajar Korea Selatan dan juga Indonesia sendiri sama-sama tertarik untuk mempelajari bahasa masing-masing.

Terdapat beberapa universitas di Korea Selatan yang mencantumkan program studi Bahasa Indonesia. Sebut saja Hankuk University of Foreign Studies dan Busan University of Foreign Studies.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Lihat Sosbud Selengkapnya

Undang-undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat (1) menyatakan bahwa Perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama atas azasa kekeluargaan. Dalam penjelasaanya antara lain diyatakan bahwa kemakmuran masayarakat yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi. Berbicara tentang Koperasi tidak terlepas dari konsep ekonomi dan koperasi. Ekonomi koperasi memberikan gambaran pada pihak manajemen koperasi bagaimana cara yang terbaik dalam mengambil keputusan penting tentang pelayanan kepada anggota sehingga koperasi dapat terus berkembang melalui peningktan partisipasi anggota.

Publié le 1 octobre 2024 à 5:13 pm

La Communauté de Communes de la Champagne Conlinoise et du Pays de Sillé (4CPS) lance un Appel à Manifestation d’Intérêt (AMI) pour l’exploitation d’un restaurant au sein du site naturel classé de Sillé Plage. Cette démarche vise à sélectionner un opérateur économique pour occuper temporairement un local dédié à la restauration, avec pour objectif principal de valoriser économiquement ce site tout en respectant son cadre naturel.

Pada Masa Orde Baru

Pada masa ini, uang yang diterbitkan adalah seri Sudirman. Terdiri atas pecahan Rp1.00, Rp2½.00, Rp5.00, Rp10.00, Rp25.00, Rp50.00, Rp100.00, Rp500.00, Rp1.000 Rp5.000 dan Rp10.000.

Uang terbitan masa orde baru ini ditandatangani oleh Gubernur Bank Indonesia, Radius Prawiro dan Direktur Bank Indonesia, Suksmo B Martokoesoemo. Namun, pada tanggal 23 Agustus 1971, justru terjadi devaluasi mata uang Rupiah sebesar 10%. Hal tersebut mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS naik, yang awalnya Rp378.00 menjadi Rp415.00.

Pada tahun 1975, terdapat seri baru yang dirilis dan diedarkan di masyarakat Indonesia. Yakni nominal Rp1.000 dengan gambar Pangeran Diponegoro, nominal Rp5.000 dengan gambar nelayan, dan nominal Rp10.000 dengan gambar relief Candi Borobudur.

Masing-masing dari seri baru tersebut ditandatangani oleh Gubernur Bank Indonesia, Rachmat Saleh dan Direktur Bank Indonesia, Suksmo B Martokoesoemo.

Pada tahun ini, seri baru dari mata uang Rupiah mulai dicetak dan diedarkan lagi, yakni berupa:

Pada tahun ini, terbit seri terbaru yakni dengan nominal Rp50.000 dengan gambar Presiden Soeharto. Bahan yang digunakan dalam mencetak uang tersebut adalah plastik polymer dengan pengaman “Holografis” Soeharto, bukan watermark yang biasa digunakan.

Pada Orde Reformasi

Pada masa ini, pecahan Rp100.000 yang bergambar Soekarno, Moh. Hatta, dan teks proklamasi diedarkan. Pecahan tersebut dicetak di Australia dan Thailand, menggunakan material plastik polymer.

Selain itu, juga ada terbitan seri baru uang pecahan Rp1.000 dengan gambar Kapten Pattimura dan pecahan Rp5.000 dengan gambar wanita yang tengah menenun.

Ada juga pecahan Rp10.000 dengan gambar Cut Nyak Dien, pecahan Rp50.000 dengan gambar I Gusti Ngurah Rai, dan pecahan Rp100.000 dengan gambar Bung Karno dan Bung Hatta, tetapi tidak ada plastik lingkarannya.

Pada tahun 2016 dimana Indonesia dipimpin oleh Presiden Jokowi, mulai menerbitkan uang baru yakni 7 pecahan uang rupiah kertas dan 4 empat pecahan uang logam.

Dalam perkembangannya, Bank Indonesia mulai meluncurkan uang baru dalam rangka HUT ke-75 Republik Indonesia, berupa pecahan uang nominal Rp75.000.

Nah, itulah penjelasan mengenai sejarah uang yang ada di dunia dan perkembangan mata uang rupiah di Indonesia. Meskipun saat ini sudah banyak uang digital yang beredar, tetap hati-hati dalam bertransaksi ya…

Sejarah Uang Pada Bangsa Romawi

Sebelum abad ke-3 SM, bangsa Romawi menggunakan mata uang yang terbuat dari perunggu, yang disebut sebagai aes (Aes Signatum Aes Rude). Tidak hanya dari perunggu, mereka juga menggunakan mata uang koin yang terbuat dari tembaga. Sosok yang dipercaya telah mencetaknya pertama kali adalah Numa atau Servius Tullius.

Lalu, pada tahun 268 SM, bangsa Romawi mencetak uang dinar dari emas yang kemudian menjadi mata uang utama dalam kekaisaran Romawi. Selain itu, di atas uang koin tersebut juga diukir bentuk Tuhan dan pahlawan-pahlawan mereka. Hingga akhirnya, pada masa kekaisaran Julius Caesar, Beliau mencetak gambarnya sendiri di atas uang koin tersebut.

Sejarah Uang Pada Bangsa Yunani

Bangsa Yunani menjadikan emas dan perak batangan sebagai komoditas dalam bertransaksi, sampai masa dimulainya pencetakan uang sekitar tahun 406 SM.

Anda mungkin ingin melihat